Rabu, 30 April 2008

Kelaparan di Negeri Superkaya

Tragedi Daeng Besse, keluarga miskin di Makassar, yang meninggal dunia diduga akibat kelaparan sangat memilukan. Dalam waktu berdekatan juga dilaporkan berbagai kasus kelaparan dan gizi buruk di berbagai daerah. Ada apa sesungguhnya yang terjadi pada bangsa ini?

Kasus kematian bayi akibat busung lapar terus terjadi. Penderitaan demi penderitaan yang dialami rakyat kecil bahkan sudah menjadi pemandangan sangat biasa yang tidak terlalu mengundang keprihatinan penguasa untuk melakukan reorientasi visi dan kebijakan ekonominya.

Hal ini tidak bisa terlepas dari pilihan dasar kebijakan ekonomi yang sedang dan akan ditempuh oleh penguasa. Orientasinya masih dalam rangka menyelamatkan nasib kaum pemodal internasional dan memelihara keuntungan. Orientasi kemandirian ekonomi hancur karena keyakinan penguasa tentang begitu mudahnya modal didapatkan dari utang luar negeri.

Kasus kelaparan di berbagai daerah semakin memperburuk daftar panjang kasus kemiskinan di negeri ini. Sayangnya kita belum bisa membaca peringatan itu dengan baik. Kelaparan, gizi buruk, penyakit polio, busung lapar, dan seterusnya adalah pertanda dari Tuhan agar bangsa ini bisa dan mau menyadari adanya polaritas yang amat tajam antara elite yang kaya raya dan rakyat jelata. Peringatan itu diberikan karena realitas hidup kaum berkuasa dan berduit dibandingkan kaum yang dikuasai dan tidak punya duit begitu amat timpang.

Yang ingin dinyatakan, kasus kelaparan dan lainnya adalah kasus yang menyentuh kalbu kemanusiaan. Kasus ini seharusnya bisa memberikan penyadaran bahwa di tengah gegap-gempita perebutan akses jabatan dan uang di Jakarta oleh elite-elite kita, generasi kita menghadapi hidup yang sulit bahkan mengenaskan. Kasus kelaparan ini memerlukan solidaritas sosial, sebagaimana diajarkan oleh iman agama apa pun, dan merupakan tanggung jawab dari seluruh komponen bangsa ini.